WEB BLOG
this site the web

Kecerdasan Mendengarkan

Kecerdasan mendengarkan (listening intelligence) berbeda dengan keterampilan mendengarkan (listening skill) yang hanya mencakup aspek inderawidan intelektualitas, kecerdasan mendengarkan juga melibatkan kecerdasan emosi dan spiritual.

 

Dalam terminologi bahasa Inggris kita dapat membedakan dengan jelas antara aktivitas mendengar (hear) dengan mendengarkan (listen). Kata “listen” menunjukkan aktivitas aktif, yaitu berusaha memahami suara yang didengarnya. Sementara kata “hear” merupakan aktivitas pasif, yaitu hanya sekedar menangkap suara tanpa ada upaya memahami. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari, bisa saja Anda “mendengar, tetapi tidak mendengarkan”.

 

Agar apa yang kita bicarakan dengan orang lain menjadi efektif, kita harus mengetahui tiga hambatan utama dalam membangun kecerdasan mendengarkan.

1.   Labelisasi

Setiap kali berbicara, tanpa disadari kita telah membuat label kepada setiap teman bicara yang dijumpai seperti menjengkelkan, menyenangkan, brengsek, bodoh, atau lain sebagainya. Pada orang-orang yang kita beri label positif, biasanya menjadi sangat antusias untuk berbicara. Namun, kepada teman bicara yang kita beri label negative, kita menjadi sangat malas untuk mendengarkannya. Jadi, kalau ingin mau dan mampu mendengarkan, usahakan untuk melepas semua label apapun yang telah kita pasang kepada teman bicara.

2.   Egosentris

Sering kali dalam pergaulan sehari-hari selalu menginginkan mendahulukan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang lain. Semuanya selalu kita ukur dari sudut kepentingan pribadi. Seorang penjual yang hanya mengutamakan kepentingannya sendiri (menjual produknya) tanpa memperhatikan kepentingan konsumennya. Biasanya pedagang yang demikian tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang baik.

3.   Doktrin

Pengetahuan dan wacana yang sangat kita yakini sering menjebak untuk “tidak mendengarkan” pengetahuan-pengetahuan baru yang akan disampaikan oleh orang lain. Keyakinan yang tidak bisa diganti disebut sebagai doktrin. Apabila kita telah memegang teguh sebuah doktrin, biasanya pikiran cenderung menolak pendapat yang disampaikan orang lain. Doktrin sangat menghambat proses pembelajaran seseorang untuk mendengarkan dan berbicara. Seseorang yang sangat kaku dengan doktrinnya, biasanya hanya mampu berbicara dari satu perspektif sehingga menjadi tidak menarik. Bukan hanya miskin dalam materi, tetapi juga dapat memunculkan sikap yang tidak simpatik pada saat berbicara dengan orang yang tidak selaras dengan doktrin yang diyakininya.

 

Ketiga hal diatas adalah factor-faktor yang akan menghambat kecerdasan mendengarkan. Ketiganya sebenarnya berpusat pada kemampuan kita untuk mengelola pikiran (mind management). Jadi, jika ingin menjadi pembicara yang andal, kita harus mempu mengalahkan ketiga kendala tersebut, asal melatihnya secara konsisten. Anda pasti mempu meningkatkan kecerdasan dalam hal mendengarkan.

 

( Dikutip dari: Bayu Krisna, Mendulang Rupiah Lewat Kemampuan Berbicara, Oktober 2008 )

0 komentar:

Posting Komentar

 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies